KARAWANG, KOMPAS.com -- Revitalisasi atau peremajaan tujuh pabrik pupuk membutuhkan investasi sebesar 3,64 miliar dollar AS atau sekitar Rp 30,94 triliun. Jika revitalisasi ini dilakukan, maka kapasitas produksi urea akan naik 7,03 juta ton per tahun menjadi 9 juta ton per tahun.
"Dengan revitalisasi ini, akan ada tambahan enam juta ton NPK. Ini memadai untuk pasokan hingga 2020-2025," ujar Dirut Pupuk Sriwijaya (Pusri) Holding Arifin Tasrif di Karawang, Jawa Barat, Sabtu (20/8/2011).
Ketujuh pabrik pupuk yang akan direvitalisasi adalah pabrik AAF Aceh membutuhkan 60 juta dollar AS; lalu Pusri II, III, dan IV senilai 1,5 miliar dollar AS; kemudian revitalisasi Pupuk Kujang 1C (di blok Cepu) butuh investasi 700 juta dollar AS. Selain itu, revitalisasi Petro Kimia Gresik II senilai 650 juta dollar AS dan Pupuk Kaltim 1 sebesar 730 juta dollar AS.
"AAF; Pusri II, III, dan IV; lalu Kujang 1A, dan Kaltim 1 harus direvitalisasi karena sudah tua dan boros. Khusus AAF memang dioperasikan kembali, sedangkan Kaltim 1 akan diganti Proyekk Kaltim V yang efektif 29 Agustus 2011. Adapun pabrik urea PKG II memang pabrik baru untuk efisiensi nasional dan dukungan untuk bahan baku NPK," tutur Arifin.
Revitalisasi itu dibutuhkan agar terjadi penghematan konsumsi gas dari 33-34 juta unit panas standar Inggris (mmbtu) ke 24 mmbtu, sehingga hemat 10 mmbtu per ton pupuk yang diproduksi.
Dengan asumsi harga gas 5 dollar AS per mmbtu, maka ada penghematan biaya pengadaan gas sebesar 50 dollar AS per ton urea. "Kalau revitalisasi industri pupuk urea akan ada penghematan 25 juta dollar AS. Revitalisasi juga menghemat gas 90 mmscfd atau setara gas yang digunakan untuk membangkitkan listrik 400 Mega Watt," ujarnya.
View the original article here